Cerita Sex ini terjadi beberapa 
tahun yang lalu. Tapi Cerita 
sex ini terus saja jadi konsumsi dipikiranku. Hingga kini pun aq masih 
terus saja terngiang-ngiang dengan kejadian itu.Benar-benar bikin tubuh panas 
dan gairah sex yang meluap-luap ketika ingat kejadian cerita sex tersebut. 
Okelah ga usah sesumbar ini itu. Mari kita nikmati saja Cerita sex berikut ini.
Cerita Sex 
Nama saya adalah Joni sungaceng, seorang anak smu yang doyan banget nge-seks dan 
jilatin memek seorang cewek. Aq punya adik cewek yang namanya Fina angelina. Aku 
dan adikku adalah anak orang kaya. Jika aku kelas 3 Smu, fina adikku saat ini 
duduk di kelas 3 smp mau lulus. Fina di sekolahny termasuk gadis, cewek yang 
sangat populer karena kecantikan dan kemolekan tubuhnya. Aq sebagai seorang 
kakaknya selalu membayangkan jika adikku yang manis dan cantik itu aku setubuhi 
sendiri. Pasti kontolku bakalan nut-nutan.
Singkat kata, adikku fina memang seorang gadis yang sangat cantik dan 
merupakan kebanggaan orang tuaku. Selain itu dia juga sangat pandai membawa diri 
di hadapan orang lain sehingga semua orang menyukainya. Namun di balik semua 
itu, sang "putri" ini sebetulnya tidaklah perfect. Kepribadiannya yang manis 
ternyata hanya topeng belaka. Di dunia ini, hanya aku, kakak laki-lakinya, yang 
tahu akan kepribadiannya yang sesungguhnya. Kedua orang tuaku yang sering keluar 
kota untuk berbisnis selalu menitipkan rumah dan adikku kepadaku. Tapi mereka 
tidak tahu kalau aku kesulitan untuk mengendalikan adikku yang bandelnya bukan 
main. Di hadapanku, dia selalu bersikap membangkang dan seenaknya. Bila aku 
berkata A, maka dia akan melakukan hal yang sebaliknya. Pokoknya aku sungguh 
kewalahan untuk menanganinya.
Suatu hari, semuanya berubah drastic. Hari itu adalah hari Sabtu yang tak 
akan terlupakan dalam hidupku. Pada akhir minggu itu, seperti biasanya kedua 
orang tuaku sedang berada di luar kota untuk urusan bisnis. Mereka akan kembali 
minggu depannya. Kebetulan, aku dan adikku juga sedang liburan panjang. 
Sebetulnya kami ingin ikut dengan orang tua kami keluar kota, tapi orang tuaku 
melarang kami ikut dengan alasan tak ingin kami mengganggu urusan bisnis mereka. 
Biarpun adikku kelihatan menurut, tapi aku tahu kalau dia sangat kesal di 
hatinya. Setelah mereka pergi, aku mencoba untuk menghiburnya dengan mengajaknya 
nonton DVD baru yang kubeli yaitu Harry Potter and the Order of Pheonix. Tapi 
kebaikanku dibalas dengan air tuba. Bukan saja dia tidak menerima kebaikanku, 
bahkan dia membanting pintu kamarnya di depan hidungku.
Inilah penghinaan terakhir yang bisa kuterima. Akupun menonton DVD 
sendirian di ruang tamu. Tapi pikiranku tidaklah focus ke film, melainkan 
bagaimana caranya membalas perbuatan adikku. Di rumah memang cuma ada kami 
berdua. Orang tua kami berpendapat bahwa kami tidak memerlukan pembantu dengan 
alasan untuk melatih tanggung jawab di keluarga kami. Selintas pikiran ngawur 
pun melintas di benakku. Aku bermaksud untuk menyelinap ke kamar adikku nanti 
malam dan memfoto tubuh telanjangnya waktu tidur dan menggunakannya untuk 
memaksa adikku agar menjadi adik yang penurut.
Malam itu, jam menunjukan pukul sebelas malam. Aku pun mengedap di depan 
pintu kamar adikku. Daun telingaku menempel di pintu untuk memastikan apa adikku 
sudah tertidur. Ternyata tidak ada suara TV ataupun radio di kamarnya. Memang 
biasanya adikku ini kalau hatinya sedang mengkal, akan segera pergi tidur lebih 
awal. Akupun menggunakan keahlianku sebagai mahasiswa jurusan teknik untuk 
membuka kunci pintu kamar adikku. Kebetulan aku memang mempunyai kit untuk itu 
yang kubeli waktu sedang tour ke luar negeri. Di tanganku aku mempunyai sebuah 
kamera digital.
Di kamar adikku, lampu masih terang karena dia memang tidak berani tidur 
dalam kegelapan. Akupun berjalan perlahan menuju tempat tidurnya. Ternyata malam 
itu dia tidur pulas terlentang dengan mengenakan daster putih. Tanganku bergerak 
perlahan dan gemetar menyingkap dasternya ke atas. Dia diam saja tidak bergerak 
dan napasnya masih halus dan teratur. Ternyata dia memakai celana dalam warna 
putih dan bergambar bunga mawar. Pahanya begitu mulus dan aku pun bisa melihat 
ada bulu-bulu halus menyembul keluar di sekitar daerah vaginanya yang tertutup 
celana dalamnya.
Kemudian aku menggunakan gunting dan menggunting dasternya sehingga 
akhirnya bagian payudaranya terlihat. Di luar dugaanku, ternyata dia tidak 
mengenakan kutang. Payudaranya tidak begitu besar, mungkin ukuran A, tapi 
lekukannya sungguh indah dan menantang. Jakunku bergerak naik turun dan akupun 
menelan ludah melihat pemandangan paling indah dalam hidupku. Kemudian dengan 
gemetar dan hati-hati, aku pun membuka celana dalamnya. Adikku masih tertidur 
pulas.
Cerita Sex Pemandangan indah segera 
terpampang di hadapanku. Sebuah hutan kecil yang tidak begitu lebat terhampar di 
depan mataku. Sangking terpesonanya, aku hanya bisa berdiri untuk sekian lamanya 
memandang dengan kamera di tanganku. Aku lupa akan maksud kedatanganku kemari. 
Sebuah pikiran setanpun melintas, kenapa aku harus puas hanya dengan memotret 
tubuh adikku. Apakah aku harus mensia-siakan kesempatan satu kali ini dalam 
hidupku? Apalagi aku masih perjaka ting-ting. Tapi kesadaran lain juga muncul di 
benakku, dia adalah adik kandungku., For God Sake. Kedua kekuatan kebajikan dan 
kejahatan berkecamuk di pikiranku.
Akhirnya, karena pikiranku tidak bisa memutuskan, maka aku membiarkan "adik 
laki-lakiku" di selangkangku memutuskan. Ternyata beliau sudah tegang siap 
perang. Manusia boleh berencana, tapi iblislah yang menentukan. Kemudian aku 
meletakan kamera di meja. Aku pun menggunakan kain daster yang sudah koyak untuk 
mengikat tangan adikku ke tempat tidur. Sengaja aku membiarkan kakinya bebas 
agar tidak menghalangi permainan setan yang akan segera kulakukan. Adikku masih 
juga tidak sadar kalau bahaya besar sudah mengancamnya. Aku pun segera membuka 
bajuku dan celanaku hingga telanjang bulat.
Kemudian aku menundukan mukaku ke daerah selangkangan adikku. Ternyata 
daerah itu sangat harum, kelihatan kalau adikku ini sangat menjaga kebersihan 
tubuhnya. Kemudian aku pun mulai menjilati daerah lipatan dan klitoris adikku. 
Adikku masih tertidur pulas, tapi setelah beberapa lama, napasnya sudah mulai 
memburu. Semakin lama, vagina adikku semakin basah dan merekah. Aku sudah tak 
tahan lagi dan mengarahkan moncong meriamku ke lubang kenikmatan terlarang itu. 
Kedua tanganku memegang pergelangan kaki adikku dan membukanya 
lebar-lebar.
Ujung kepala penisku sudah menempel di bibir vagina adikku. Sejenak, aku 
ragu-ragu untuk melakukannya. Tapi aku segera menggelengkan kepalaku dan 
membuang jauh keraguanku. Dengan sebuah sentakan aku mendorong pantatku maju ke 
depan dan penisku menembus masuk vagina yang masih sangat rapat namun basah itu. 
Sebuah teriakan nyaring bergema di kamar," Aaaggh, aduh….uuuhh, KAK ADI, APA 
YANG KAULAKUKAN??" Adikku terbangun dan menjerit melihatku berada di atas 
tubuhnya dan menindihnya. Muka adikku pucat pasi ketakutan dan menahan rasa 
sakit yang luar biasa. Matanya mulai berkaca-kaca. Sedangkan pinggulnya 
bergerak-gerak menahan rasa sakit. Tangannya berguncang mencoba melepaskan diri. 
Begitu juga kakinya mencoba melepaskan diri dari pegangannku. Namun semua upaya 
itu tidak berhasil. Aku tidak berani berlama-lama menatap matanya, khawatir 
kalau aku akan berubah pikiran. Aku mengalihkan pandangan mataku ke arah 
selangkangan. Ternyata vagina adikku mengeluarkan darah, darah 
keperawanan.
Aku tidak menghiraukan semua itu karena sebuah kenikmatan yang belum pernah 
kurasakan dalam hidupku menyerangku. Penisku yang bercokol di dalam vagina 
adikku merasakan rasa panas dan kontraksi otot vagina adikku. Rasanya seperti 
disedot oleh sebuah vakum cleaner. Aku pun segera menggerakan pinggulku dan 
memompa tubuh adikku. Adikku menangis dan menjerit:" 
Aduhh..aahh..uuhh..am..pun..ka k…lep..as..kan..pana ss…sakitt!!" 
"Kak..Adii..mengo..uuhh..yak.. aduh…tubuhku!!! " Aku tidak tahan dengan rengekan 
adikku, karena itu aku segera menggunakan celana dalam adikku untuk menyumpal 
mulutnya sehingga yang terdengar hanya suara Ughh..Ahhh.
Setelah sekitar lima belas menit, adikku tidak meronta lagi hanya menangis 
dan mengeluh kesakitan. Darah masih berkucuran di sekitar vaginanya tapi tidak 
sederas tadi lagi. Aku sendiri memeramkan mata merasakan kenikmatan yang luar 
biasa. Aku semakin cepat menggerakan pinggulku karena aku merasa akan segera 
mencapai klimaksnya. Sesekali tanganku menampar pantat adikku agar dia 
menggoyangkan pinggulnya sambil berkata:' Who is your Daddy?" Sebuah dilema 
muncul di pikiranku. Haruskah aku menembak di dalam rahim adikku atau di luar? 
Aku tahu kalau aku ingin melakukannya di dalam, tapi bagaimana bila adikku 
hamil? Ahh… biarlah itu urusan nanti, apalagi aku tahu di mana ibuku menyimpan 
pil KBnya. Tiga menit kemudian..crott..crottt..akupu n menembakan cairan hangat 
di dalam rahim adikku. Keringat membasahi kedua tubuh kami dan darah keperawanan 
adikku membasahi selangkangan kami dan sprei tempat tidur.
Aku membiarkan penisku di dalam vagina adikku selama beberapa menit. 
Kemudian setelah puas, aku mencabut keluar penisku dan tidur terlentang di 
samping adikku. Aku kemudian membebaskan tangan adikku dan membuka sumpalan 
mulutnya. Kedua tanganku bersiap untuk menerima amukan kemarahannya. Namun di 
luar dugaanku, dia tidak menyerangku. Adikku hanya diam membisu seribu bahasa 
dan masih menangis. Posisinya masih tidur dan hanya punggungnya yang mengadapku. 
Aku melihat tangannya menutup dadanya dan tangan lainnya menutup vaginanya. Dia 
masih menangis tersedu-sedu.
Setelah semua kepuasanku tersalurkan, baru sekarang aku bingung apa yang 
harus kulakukan selanjutnya. Semua kejadian ini di luar rencanaku. Aku sekarang 
sangat ketakutan membayangkan bagaimana kalau orang tuaku tahu. Hidupku bisa 
berakhir di penjara. Kemudian pandangan mataku berhenti di kamera. Sebuah ide 
jenius muncul di pikiranku. Aku mengambil kameranya dan segera memfoto tubuh 
telanjang adikku. Adikku melihat perbuatanku dan bertanya: "Kak Adi, Apa yang 
kau lakukan? Hentikan, masih belum cukupkah perbuatan setanmu malam ini? 
Hentikan…" Tangannya bergerak berusaha merebut kameraku. Namun aku sudah 
memperkirakan ini dan lebih sigap. Karena tenagaku lebih besar, aku berhasi 
menjauhkan kameranya dari jangkauannya. Aku mencabut keluar memori card dari 
kameranya dan berkata: "Kalau kamu tidak mau foto ini tersebar di website 
sekolahmu, kejadian malam ini harus dirahasiakan dari semua orang. Kamu juga 
harus menuruti perintah kakakmu ini mulai sekarang."
Wajah adikku pucat pasi, dan air mata masih berlinang di pipinya. Kemudian 
dengan lemah dia mengganggukkan kepalanya. Sebuah perasaan ibaratnya telah 
memenangi piala dunia, bersemayam di dadaku. Aku tahu, kalau mulai malam itu aku 
telah menaklukan adikku yang bandel ini. Kemudian aku memerintahkan dia untuk 
membereskan ruangan kamarnya dan menyingkirkan sprei bernoda darah dan potongan 
dasternya yang koyak. Selain itu aku segera menyuruhnya meminum pil KB yang 
kudapat dari lemari obat ibuku. Terakhir aku menyuruhnya mandi membersihkan 
badan, tentu saja bersamaku. Aku menyuruhnya untuk menggunakan jari-jari 
lentiknya untuk membersihkan penisku dengan lembut.
Malam itu, aku telah memenangkan pertempuran. Selama seminggu kepergian 
orang tuaku, aku selalu meniduri adikku di setiap kesempatan yang ada. Pada hari 
keempat, adikku sudah terbiasa dan tidak lagi menolakku biarpun dia masih 
kelihatan sedih dan tertekan setiap kali kita bercinta. Aku juga 
memerintahkannya untuk membersihkan rumah dan memasakan makanan kesukaanku. Aku 
juga memberi tugas baru untuk mulut mungil adikku dengan bibirnya yang merah 
merekah. Setiap malam selama seminggu ketika aku menonton TV, aku menyuruh 
adikku untuk memberi oral seks. Dan aku selalu menyemprotkan spermaku ke dalam 
mulutnya dan menyuruhnya untuk menelannya.
Ketika orang tuaku kembali minggu depannya, aku memerintahkan adikku untuk 
bersikap sewajarnya menyambut mereka. Ketika ibuku memeluk adikku, aku melihat 
wajah adikku yang seperti ingin melaporkan peristiwa yang terjadi selama 
seminggu ini. Aku pun bertindak cepat dan berkata pada ibuku: "Ibu, gimana 
perjalanan ibu? Tunjukan dong FOTOnya kepada kami berdua." Ibuku tersenyum 
mendengar ini dan tidak mencurigai apa pun. Tapi adikku menjadi sedikit pucat 
dan tahu makna dari perkataanku. Dia pun tidak jadi berkata apa-apa.
Cerita Sex 
Sejak itu, setiap kali ada kesempatan, aku selalu meniduri adikku. Tentu saja 
kami mempraktekan safe sex dengan kondom dan pil. Setelah dia lulus SMA, kami 
masih melakukannya, bahkan sekarang dia sudah menikmati permainan kami. 
Terkadang, dia sendiri yang datang memintanya. Ketika dia lulus SMA, aku yang 
sekarang sudah bekerja di sebuah bank bonafid dipindahkan ke Jakarta. Aku 
meminta orang tuaku untuk mengijinkan adikku kuliah di Jakarta. Tentu saja aku 
beralasan bahwa aku akan menjaganya agar adikku tidak terseret dalam pergaulan 
bebas. Orang tuaku setuju dan adikku juga pasrah. Sekarang kami berdua tinggal 
di Jakarta dan menikmati kebebasan kami. Hal yang berbeda hanyalah aku bisa 
melihat bahwa adikku telah berubah menjadi gadis yang lebih binal.
 
 
Tiada ulasan:
Catat Ulasan